Beberapa puisi pilihan yang bisa dibacakan dalam lomba membaca puisi di Papatong Award: #AnugerahPuisiBumi 2021
BAGIMU NEGERI: GEMAH RIPAH LOH JINAWI
Yeni Fatmawati
Kugenggam biji-biji hitam kemilau jumlahnya tak terbilang
Lalu kutabur di atas hamparan padang dan tanah-tanah gersang
Yang menggunung kudaki dan yang berbukit gersang juga kujelang
Tak peduli panas dan hujan, aku terus menabur dan melanglang
Walau di sana-sini orang mempergunjingkanku dengan pendapat silang
Apa yang kukerjakan menunjukkan bahwa akal sehatku telah lenyap-hilang
Aha!
Aku orang gila, kata mereka
Karena aku berkata biji-biji yang kutabur kelak tumbuh jadi pohon besar perkasa
Menghijaukan Bumi yang telah gundul kehilangan hutan tropis yang dijarah durjana
Tanah retak-retak, rumput mati kering, ranting menangis, padi dan palawija merana
Mereka akan kembali sumringah kala akar-akar pohon yang kutanam pancarkan tirta
Hai, mari kemari!
Menabur biji, menanti tumbuhnya tunas dan akar perkasa adalah nafas wangi petani
Hadirnya matahari, angin, embun, awan, mendung dan rintiknya hujan buah doa hakiki
Hanya mereka yang cinta Bumi bisa menjadi penyabar menyiangi benih pelestari ekologi
Maka aku berada di sini menjaga pohon-pohon harapanku agar alam kembali subur berseri
Kuwariskan pada anak-cucu hamparan tanah hijau – negeri gemah ripah loh jinawi!
Cibodas, Oktober 2019
DUKA DI BAWAH PAYUNG LAZUARDI
Yeni Fatmawati
Kudengar suara asap membawa kabar duka
Tentang terbakarnya hamparan hutan-hutan tropis kekayaan kita
Disulut oleh tangan-tangan berapi yang terpantik duniawi belaka
Hingga hatinya membuta tak peduli Ibunda Bumi menderita karenanya
Kudengar suara lebatnya hujan membawa kabar nestapa
Tentang banjir bandang dan tanah longsor melanda di mana-mana
Dipicu oleh tangan-tangan gergaji mesin yang menggorok pohon-pohon kita
Satu persatu tumbang, hutan-hutan pun hilang takada lagi resapan air mentelaga
Kusapa Ibunda Bumi tempatku berpijak satu-satunya
Aku bersamanya menangisi alam yang tak lagi ramah pada kita
Aku tahu, itu sejak manusia merusaknya bahkan memperkosa
Membuat merahnya senja berurai darah air mata
Aneka satwa melafal syair-syair saga di belantara
Telah lenyapnya peraduan dan pertapaan mereka
Kumerindu hijau dan rimbunnya dedaunan
Ingin kupeluk rerat-erat rapat dan hangatnya batang pepohonan
Istana bercengkerama cuitan kawanan burung bersahutan
Kupu-kupu menari bersama Raja Hutan dan Punakawan
Anggrek Bulan dan kawan-kawan menghidangkan santapan
Dipayungi langit lazuardi indah nan biru berhias tipis awan
Aku dalam buaian Ibunda Bumi, tempatku bermanja satu-satunya
Kami menjelajah alam melewati jalan setapak berdepa-depa
Jauh kami berjalan hingga senja mengetuk pintu malam hampa
Kumelepas diri dari buaian Ibunda Bumi, duduk merunduk raga
Derap hari pun mulai tenggelam dalam diam tapi berjaga
Aku bertekuk sujud dalam senyap damai-Nya
Kuberbisik pada Ibunda Bumi kita
Bisikan hati lirih tapi kuat menggema:
Aku berterima kasih dan bersyukur atas pengorbanannya
Kuberjanji merawatnya
Dengan cinta sepenuhnya
Selaras lestari semesta
Mencintai Bumi, Langit Menyayangi
Jakarta-Jogjakarta, Februari 2017
SANG ALAM
Yeni Fatmawati
Berkelana ku berkelana
Kususuri alam kuasaNya
Kujelajahi keagunganMu
Kudaki gunung tinggi
Kutelusuri lembah bukit dan ngarai
Masya Allah
Memandang ku memandang
Takjubku atas ciptaMu
Syukurku tiada batas atas NikmatMu
Semburat sinar mentari pagi
Membara Padma kobarkan semangat
Para penjelajah
Cahaya ‘tuk dedaunan hijau menawan
Bunga bunga kuncup
Bunga bunga mekar
Ranting ranting bercabang
Di antara musim dingin yang kan berakhir
Salju putih pun meleleh
Dan kaki-kaki alam pun merangkak
Menapaki gelapnya malam
Lewat sang bintang dan bulan
Dingin nan merasuk
Duhai, malam penuh misteri
Oh alam
Tak lelah kuberjalan
Tak lelah kutelusuri
Tak lelah kujelajahi
Kunikmati bercengkerama dengan alam
Dekapkan hati ‘tuk bersyukur
Alam.. Cipta-Mu, Tuhan!
Yumesamdong, North Sikkim, Himalaya, Awal Februari 2015
SEPTEMBER LARUT: BANJIR DI GARUT
Yeni Fatmawati
Air bah marah
Membawa banjir meruah
Jiwa-jiwa menjerit , air mata menumpah
Rumah-rumah tenggelam, harta-kekayaan hilang musnah
Ternak-ternak hanyut, binasa juga ladang dan sawah-sawah
Duka-nestapa mencacah lumat di berbagai bentang wilayah
Oh, alamku murka – alam kita!
Apakah ini peringatan nyata dari-Nya?
Segala menjaga yang mengada adalah:
Dampak dari tingkah laku buruk manusia
Ya Allah ya Rob, Sang Pemilik Jagad Raya
Tiada suatu musibah, tanpa izin-Mu ya Allah,
Tuhan Semesta Alam Kaya
Beri kami kesempatan ‘tuk kembali merawat Bumi – Ibunda
Seperti yang Engkau kehendaki nyata
Di mana kaki kami dulu kuat menapak saka
Bahkan mengakar ke dalam tanah emas-Mu perkasa
Tubuh-tubuh kami tegak berdiri menyongsong matahari penanda kala
Garut, September 2016
JEJAK LUKA KICAU BURUNG
Yeni Fatmawati
Rona memerah memulas lengkung ufuk timur
Bak semburat lukisan mempigura diksi salam pagi
Semilir angin mengalun menyanyun gemersik daun
Diiringi kicau kawanan burung sahut-menyahut
Bagaikan zikir alam melantun kalam-kalam indah
Di antara dedaunan dan ranting-ranting pohon
Kicau burung mengajarkan beningnya kearifan
Tentang kebahagiaan nikmati karunia-Nya di awal hari
Penuh syukur kala detak jantung masih menghela raga
Gema kicau kawanan burung menggetarkanku
Tapi sejak pepohonan dan daun-daun hilang
Ruangku sunyi, kawanan burung entah ke mana
Kepak sayapnya meninggalkan jejak duka penuh luka
Jakarta, April 2017
PRASASTI JIWA KALAM
Yeni Fatmawati
Kala kutermenung di beranda jiwa
Keheningan malam hadir menyapa
Lamunanku membubung, mengudara
Oooh…udara pekat asap menyengat nyata
Langit menghitam berkafan gimbal-gimbal abu
Ke manakah curah hujan yang kunanti, kurindu?
Wajah televisi tak henti-henti menayang berita pilu
Wewartakan amarah alam yang dilukai api sembilu
Tangan-tangan siapa yang merajam hutan?
Lalu buru-buru minta ampunan bersimpuh di Kaki Tuhan
‘tuk hilangkan jejak-jejak merah-hitam nafsu kawanan setan
Menyelinap di kerumunan tangis berlagak menjadi pahlawan
Wajah wajah pilu, nafas sesak, paru-paru menghitam
Balita dan bayi-bayi merah terkulai jantungnya terajam
Menjadi korban mereka yang abai bersyukur pada alam
Menghalau bahasa angin penembang agar asap meredam
Menghapus pelangi si Inang Hujan agar kobaran api padam
Mari kita hentikan keserakahan pembawa bencana kelam:
Aksara cinta alam, kita torehkan dalam prasasti jiwa kalam
Jakarta, September 2019
KINI KITA HIJAU, HIJAU SENTUHAN KITA
Litha Sovell dari Komunitas Green Belt – Kenya
Datang dari Timur, merahlah kita
Datang dari Barat, putihlah kita
Datang dari Selatan, hitamlah kita
Kini kita hijau, hijau sentuhan kita
Kini kita tahu, hijau itu sesuatu
Kini kita tahu, bibit itu berharga
Kini kita tahu, bibit itu pohon
Kini kita hijau, hijau sentuhan kita
Tanah itu kehidupan, itu kita tahu
Tanah itu harta, kita punya banyak
Tanah itu emas, kita jaga selamanya
Kini kita hijau, hijau sentuhan kita
Kini kita tahu, merampas lahan itu kejam
Kini kita tahu, tanah itu untuk semua
Kini kita tahu, tanah itu martabat
Kini kita hijau, hijau sentuhan kita
Kini kita tahu, semua adalah kakak
Kini kita tahu, semua adalah adik
Kini kita tahu, dunia kita bagi
Kini kita hijau, hijau sentuhan kita
Terima kasih,
Terima kasih untuk bibit, yang tidak dipatenkan
Kini kami bisa menanamnya di mana-mana
Kita ini penanam, kabarkan pada semua orang
Kini kita hijau, hijau sentuhan kita
Mari kita bersatu, satu suara
Mari kita bersatu, katakana kita ada
Mari kita bersatu, nikmati Kini kita hijau, hijau sentuhan kekayaan kita
MELIHAT POHON HAYAT
Naning Pranoto
Pohon hayat
Tumbuh di arah kiblat
Tegak subur berdaun makrifat
Hidup tegar berbatang syahadat
Lestari abadi bertumpu hakikat
Pohon hayat tegak di pusat dunia
Anugerah dari yang Satu,
Bagi kita yang jamak
Tempat berlindung
Kaum yang selamat
Pohon Hayat
Berbuah ranum lebat dua
Bagai Adam bersama Hawa
Nenek moyang umat manusia
Meniti hidup di lembar alam fana
Pohon Hayat
Hijaumu beludru abadi
Daun-daunmu tak pernah layu
Walau musim datang silih berganti
Akar, dahan dan rantingmu tahan uji
Pohon Hayat,
Cabang-cabangmu mendongak ke atas
Menengadah ke arah langit lapis tinggi
Bagai doa yang mendoa mengatas arasy Ilahi
Memberi petunjuk dan bimbingan umat insani
Pohon Hidup
Sinarmu tak pernah redup
Melindungi semua yang ada
Bunga sucimu tak pernah kuncup
Gambaran nyata alam semesta.
RUMAHKU PUISI HIJAU
Sides Sudyarto DS
Rumahku adalah puisi
Puisi hijau
Puisi kehidupan semesta
Puisi hutan permenungan
Puisi penuh doa persembahan
Memuja ke pangkuan Keagungan
Tanggaku adalah bahasa
Guna memanjat ke alam baka
Jika usai hidup selamat
Mohon izin menuju akhirat
Setelah selesai mencuci diri
Berdamba hati menggapai firdausi
AKAR AKAR WANGI
Sides Sudyarto DS
Pohonkah engkau itu?
semakkah engkau itu?
tiada elok ujud rupamu
tiada indah bentuk batangmu
tetapi alangkah wangi bau akarmu
Dari manakah engkau berasal?
siapa pula menanam dirimu
akarmu teramat harum
seharum hati yang kudus
seharum pikiran yang tulus
Pohon akar wangi
Berapa lama
kau mengembara di alam kefanaan
sampai kapan kau mampu bertahan?
Akar wangi
Jangan kau tinggalkan bumi ini
Biarkan harummu menghuni jagat raya
Agar aroma wangi terpatri selamanya.
POHON POHON CAHAYA
Sides Sudyarto DS
Pohon-pohon cahaya
tumbuh merimba
berdaun keemasan
selebat hutan
Pohon-pohon cahaya
hanya tumbuh
di ranah kebenaran
hanya subur
di dataran kebijaksanaan
Pohon-pohon keemasan
hidup abadi
tiada termakan zaman
tak luruh ditelan masa
tak punah dimakan usia
Pohon-pohon batang kencana
siang memantulkan sinar surya
malam memantulkan cahaya bulan
tempat bermukim doa suci
para pertapa.
BERITA & EVENT
Penanaman 1000 Pohon Papatong Award
SIARAN PERS Penanaman 1000 Pohon Papatong Award #AnugerahPuisiBumi di Area Lahan Kritis 0 Km Hulu Sungai Citarum Bandung, 12 Desember 2021 – Setelah tertunda karena pandemi, Papatong Artspace bersama dengan Sebumi melakukan penanaman 1000 bibit pohon yang...
Pengumuman Pemenang Papatong Award 2021
Lomba Membaca Puisi Hijau PAPATONG AWARD #AnugerahPuisiBumi 2021 yang bertemakan Eksistensi Bumi dan Pelestarian Lingkungan dibuka sejak 5 Januari 2021 dan ditutup 15 Maret 2021, telah menerima beragam video puisi dari para peserta. Peserta yang mengikuti tidak...
Pengumuman Peserta Unggulan Papatong Award 2021
Pemenang Unggulan Lomba Membaca Puisi Bertema Eksistensi Bumi dan Pelestarian Lingkungan -Papatong Award #AnugerahPuisiBumi 2021 Unggulan Kategori A Nabila Eka – SMA Muhammadiyah 10 Gresik Zabila Maydinah – SMPN 210 Ciracas Centex, Jakarta Gricesella – SMP CKTC...
Papatong Award 2021-Anugrah Puisi Bumi
Papatong Artspace studio seni yang didirikan oleh Yeni Fatmawati bekerjasama dengan Rayakultura mengadakan lomba menulis dan membaca puisi dengan tema Eksistensi Bumi dan Pelestarian Lingkungan. Puisi yang dibawakan adalah karya sendiri yang dibacakan sendiri atau...
Pameran Tunggal Mozaik Kehidupan
Yeni Fatmawati, bekerjasama dengan Rayakultura dan Tembi Rumah Budaya menggelar pameran tunggal karyanya di Tembi Rumah Budaya, jl. Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pembukaan pameran ini dibuka pada hari Jumat, 10 Januari 2020, pkl...
Kenangan Tak Terlupakan, Penyair Yeni Fatmawati Dijadikan Model Lukisan Jeihan
AKURAT.CO, Di mata penyair, perupa, dan pengacara Yeni Fatmawati (48 tahun), almarhum Jeihan Sukmantoro adalah seorang filsuf dan pribadi yang hangat. “Dia bukan hanya pelukis, tapi juga filsuf. Kami bersahabat,” tutur istri politisi senior Fahmi Idris itu dalam...