Yeni telah memenangkan banyak penghargaan untuk urusan berpuisi ini karena sejak masih tercatat sebagai siswa SD sampai setelah menjadi mahasiswa jurusan Hukum Internasional di Fakultas Hukum Unpad, dia tergolong rajin mengikuti berbagai perlombaan. Juara pertama Lomba Poetry Readingantar universitas yang digelar oleh Fakultas Sastra Inggris Unpad pun sempat diraihnya pada masa itu.
Seiring perjalanan karir profesional yang terus menapak naik paska lulus cum laude tahun 1994 dari almamaternya ( Yeni punya jejak rekam karir yang mengesankan di berbagai perusahaan besar seperti PT Sari Husada (Danone), PT Unilever Indonesia, Tbk, PT GE Finance Indonesia, PT Coca Cola Indonesia, -pen.) dan pendalaman ilmu yang dilakukannya via program khusus di Brussels European Training Institute (2010) serta Harvard Business School (2011). ruh puisi dalam dirinya pun mengepakkan sayap bertransformasi ke dalam berbagai media, termasuk lukisan.
Adalah sahabatnya, Revita Tantri, yang setahun lalu mengajak istri dari Fahmi Idris ini bertandang ke Studio deDada di kawasan Bintaro dan mempertemukannya dengan sang pemilik studio, pelukis Chandra Maulana,”Ajakan Mbak Vitta bikin aku semangat karena sudah lama banget pengen belajar melukis tapi nggak pernah punya waktu akibat kesibukan kerja.”
Antusiasme Yeni kian merekah saat Chandra menyodorkan kanvas kosong berukuran 205×124 cm,”Ini pertama kali melukis di kanvas terus langsung segede itu … eh, ternyata enjoy.. “Papar ibu dari dua remaja, Reihan Abhipradana dan Naura Ambareswari, yang menilai melukis di kanvas sebesar itu merupakan tantangan tersendiri,” Belajar melukis secara serius pertama kalinya ya lewat kanvas itu, termasuk bagaimana mengisi bidang gelap-terang dalam lukisan.”
Protected ,begitu Yeni menamai karya pertamanya, menampilkan setangkai mawar ungu mendominasi kanvas secara vertikal dengan jalinan kawat berduri melintang di depan mengisyaratkan perlindungan yang sempurna. Juga kecemasan yang sangat dalam
Ada puluhan lukisan berbagai ukuran yang telah dilahirkan Yeni dalam kontemplasi kanvas yang diakuinya terbilang intens sejak tahun 2015 itu. Ada dua pameran bersama yang telah diikutinya, yaitu Pameran ‘Imaji Bahari Nautika Rasa’ di Galeri Nasional, Jakarta (September 2016) dan ‘ARTefak Laut Kidul’ di Papuri Art Gallery, Bandung (Desember 2016). Lukisan yang diikutsertakan dalam pameran pertama sudah diboyong pulang oleh pembelinya.
Lukisan lain yang berjudul ‘Danau Kelimutu’ pun sold out pada ajang Pameran Kain dan Budaya Ende beberapa waktu lalu,”Ada yang beli lukisan itu senilai Rp 25 juta, lumayan buat nambah-nambah biaya renovasi Museum Ende.”Tutur Yeni yang terpilih sebagai Wakil Ketua Komunitas Peduli Wastra (wastra adalah kain tradional dari berbagai pelosok Nusantara, -pen.) seraya menambahkan bahwa momen tersebut merupakan pameran pertama dalam agendanya setelah menerima amanah itu.
Saat perayaan ulang tahunnya pada Januari 2016 lalu, Yeni mendampingkan puisi kata dan puisi kanvas melalui peluncuran buku kumpulan puisi hasil kolaborasi dengan dua temannya berjudul ‘Resonansi Tiga Hati’ dan pameran 12 lukisan karyanya di Dia.lo.gue Art Space, Kemang, Jakarta. Sementara puisi yang melangkah ke dalam kanvas dilakoni Yeni kala menterjemahkan puisinya berjudul Sepi (2012) ke dalam sebuah lukisan monokromatik coklat . Eksplorasi media puisi anak keempat dari lima bersaudara pasangan (alm) R Dudung Priatna dan R Tafrijiah ini ternyata masih terus berlanjut. Kali ini dia memilih jalur tiga dimensi dengan belajar membuat patung pada Dolorosa Sinaga. Dukungan penuh suami dan anak-anak sepertinya membuat penjelajahan puisi Yeni akan terus berlanjut merambah zona-zona baru.
“Puisi, melukis, dan mematung.menurutku bisa menjadi sarana pengasah kehalusan budi, wahana perenungan yang berujung pada terbebaskannya jiwa dari belenggu persoalan kehidupan yang mungkin mendera, juga merupakan pembasuhan jiwa yang sekaligus penjaga keseimbangan otak kiri dan kanan….” Papar Yeni yang berharap bisa terus belajar dan berkarya serta suatu saat bisa membangun studio representatif yang dapat mengalirkan manfaat bagi mereka yang kurang beruntung.
Pengumuman Peserta Unggulan Papatong Award 2021
Pemenang Unggulan Lomba Membaca Puisi Bertema Eksistensi Bumi dan Pelestarian Lingkungan -Papatong Award #AnugerahPuisiBumi 2021 Unggulan Kategori A Nabila Eka – SMA Muhammadiyah 10 Gresik Zabila Maydinah – SMPN 210 Ciracas Centex, Jakarta Gricesella – SMP CKTC...
Puisi Pilihan untuk Papatong Award #AnugerahPuisiBumi 2021
Beberapa puisi pilihan yang bisa dibacakan dalam lomba membaca puisi di Papatong Award: #AnugerahPuisiBumi 2021BAGIMU NEGERI: GEMAH RIPAH LOH JINAWI Yeni Fatmawati Kugenggam biji-biji hitam kemilau jumlahnya tak terbilang Lalu kutabur di atas hamparan padang dan...
Papatong Award 2021-Anugrah Puisi Bumi
Papatong Artspace studio seni yang didirikan oleh Yeni Fatmawati bekerjasama dengan Rayakultura mengadakan lomba menulis dan membaca puisi dengan tema Eksistensi Bumi dan Pelestarian Lingkungan. Puisi yang dibawakan adalah karya sendiri yang dibacakan sendiri atau...
Pameran Tunggal Mozaik Kehidupan
Yeni Fatmawati, bekerjasama dengan Rayakultura dan Tembi Rumah Budaya menggelar pameran tunggal karyanya di Tembi Rumah Budaya, jl. Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pembukaan pameran ini dibuka pada hari Jumat, 10 Januari 2020, pkl...
Kenangan Tak Terlupakan, Penyair Yeni Fatmawati Dijadikan Model Lukisan Jeihan
AKURAT.CO, Di mata penyair, perupa, dan pengacara Yeni Fatmawati (48 tahun), almarhum Jeihan Sukmantoro adalah seorang filsuf dan pribadi yang hangat. “Dia bukan hanya pelukis, tapi juga filsuf. Kami bersahabat,” tutur istri politisi senior Fahmi Idris itu dalam...