Cerita kepahlawanan Keumalahayati dimulai saat memimpin lebih dari 2.000 pasukan inong balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Atas kepemimpinannya, Sultan Aceh Darussalam memberikan gelar Laksamana untuk keberaniannya sehingga kemudian Keumalahayati lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.

Dalam rangka menyambut HUT ke-78 Proklamasi Republik Indonesia, Papatong Artspace bersama Gema Citra Nusantara (GCN) untuk kedua kalinya menggelar teater musikal “Keumalahayati- Laskar Inong Balee” pada 12 dan 13 Agustus 2023, di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Kisah Keumalahayati merupakan kisah nyata, beliau adalah pahlawan nasional dan panglima perang perempuan pertama bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Drama musikal ini merupakan sarana sosialisasi dan edukasi atas kisah perjuangan Keumalahayati. Diharapkan pementasan ini bisa menjadi inspirasi kepada generasi milenial untuk meneladani ketokohan, kegigihan serta nasionalisme dalam mempertahankan Nusantara dari penjajahan melalui seni pertunjukan.

Perbedaan pementasan kali ini dengan yang sebelumnya salah satunya adalah musik akan dimainkan secara live oleh Batavia Chamber Orchestra. Selain itu, pada bagian make up artist dilakukan oleh para Sahabat Tuli hasil binaan dari Yayasan Perempuan Tangguh Indonesia.

Teater Musikal Keumalahayati disutradarai Teuku Rifnu Wikana dan Krisna Aditya, menampilkan pemain utama antara lain Haikal AFI 2, Teuku Rifnu Wikana, dan Karissa Soerjanatamihardja, di samping nama-nama lainnya, seperti seniman senior Aceh, Marzuki Hasan, Junio Ferandez, Yan Wibisono, Beyon Destiano, Fachrizal Mochsen, dan empat sahabat Keumalahayati yakni Nanda Dian Utami, Nadya Devina, Kartika Desma, Jeyhan Safiana.

Tim kreatif panggung terdiri dari nama-nama tenar, seperti Gema Sedatana (penulis naskah), Leodet (music composer), Jufrizal dan Asep Supriyatna (penata musik tradisional), Wiwik HW (koreografer), Helen Nanlohy (vocal coach), Endro Sukmono (fighting coach), Bulqini (scenografer), Mamed Slasov (lighting).

Rifnu menjelaskan secara konsep ide cerita untuk teater musikal Keumalahayati ini masih sama seperti pertunjukan perdana, bahkan sejumlah pemain pun masih sama. Namun ada pengembangan, di mana diangkat jalur sutra maritim juga penjualan rempah-rempah. Dan sebagai sutradara, dirinya menyebut tema cerita utama tetap akan terfokus kepahlawanan Keumalahayati dari sudut pandang cinta seorang perempuan dengan segala kewajarannnya.

Panggung drama musikal Keumalahayati kali ini juga menyajikan permainan semua multimedia ekspresi seni dalam satu panggung, yang dilengkapi konsep musikal utuh dengan aria, libretto dan recetativo, ditambah tarian tradisi kontemporer. Tayangan multimedia yang ditawarkan menjadi estetika visual, tidak hanya sekadar tempelan.